Sekedar Informasi

Senin, 06 April 2009

Bagaimana Kepercayaan Dapat Berpotensi Membahayakan Kesehatan

... menyambung post saya yang sebelumnya:

Bagaimana Kepercayaan Dapat Menyembuhkan Penyakit

Kasus ini hampir terjadi pada ibu saya. Karena "Hampir" maka pendapat saya ini juga dapat mengarah pada sesuatu yang hanya bersifat prejudice saja. Akan tetapi saya tetap berkeyakinan bahwa kejadian ini merupakan sesuatu yang dapat membahayakan kesehatan.

Ceritanya berawal ketika ibu saya mengeluh sering sakit di badannya. Kemudian salah satu teman ibu menyarankan obat yang sering ia konsumsi ketika badannya sakit. Lagi-lagi, pola bagaimana teman saya sering mengkonsumsi obat tersebut sama persis dengan pola bagaimana ibu saya mengkonsumsi Sinova (baca post saya sebelumnya). Obat yang disarankan oleh teman ibu saya adalah Tetracilin, sebuah obat yang hanya dijual di apotek (obat tak bebas). Ibu pun menerima obat tersebut, akan tetapi sebelum ibu saya meminumnya, saya sudah terlebih dahulu berkoar-koar untuk melarang ibu meminumnya.

Saya tidaklah mempunyai latar belakang di bidang obat-obatan, akan tetapi saya orangnya cukup rasional. Bagi saya hal tersebut sudah cukup, terutama dalam memicu pikiran kritis mengenai kandungan obat dan fungsinya. Hal tersebut cukup penting untuk menghindari kemungkinan salah minum obat.

Obat yang hendak diminum ibu saya tersebut mempunyai akhiran "cilin" dalam kandungan obatnya, yang juga sekaligus nama obatnya. Dari pengamatan saya, setiap obat yang mempunyai akhiran "cilin" merupakan jenis obat dari golongan antibiotik. Misalnya saja penicillin, amoxillin, tetracilin dan lain sebagainya. Tentu saja setiap obat antibiotik berbeda-beda, bisa jadi berbeda sifat, kekuatan, lokasi yang ditangani, dan lain-lain. Akan tetapi satu hal mengenai antibiotik yang saya tahu: tidak boleh diminum secara sembarangan karena dapat menyebabkan imunitas bakteri. Berbekal pemikiran ini saya kemudian melarang ibu saya untuk meminum obat tersebut dan berusaha menjelaskan apa itu sebenarnya tetracilin.

Setelah berberapa waktu, Alhamdulillah ibu saya mau mendengarkan saya dan membatalkan niatnya untuk meminum obat tersebut. Memang sih, ia kemudian berganti ke Voltadex yang sebenarnya merupakan obat penghilang rasa sakit pada syaraf tepi dari golongan sodium (kandungannya adalah Diclorofenat Sodium), dimana obat tersebut sebenarnya juga tidak boleh dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama karena dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Tetapi sekali lagi saya bersyukur karena saya dapat setidaknya mengurangi dan mengontrol konsumsi obat tersebut.

Kasus pada ibu saya tersebut bersumber pada keyakinan. Memang benar bahwa keyakinan dapat menyembuhkan, akan tetapi, menurut saya, apabila keyakinan ini merupakan keyakinan buta, maka bisa jadi hal tersebut dapat membawa petaka bagi orang yang menjalaninya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar